Kata Sriwijaya berasal dari kata "Sri" yang berarti bercahaya dan "Wijaya"
yang berarti kemenangan atau kejayaan. Penamaan Sriwijaya pada negara
lain memiliki nama yang berbeda - beda diantaranya oleh orang Cina
menamakan Shih-li-fo-shih / San-fo-ts'i / San-fo-qi. Bahasa sansekerta menyebut Sriwijaya dengan nama Yavadesh dan Javadeh. Sedangkan bangsa arab menyebut Sriwijaya dengan Zabaj / Sribuza.
Peta Kerajaan Sriwijaya |
Kerajaan Sriwijaya berdiri dari abad ke 7 hingga abad ke 14 Masehi dengan corak Buddha dan berada di Sumatera Selatan. Kerajaan maritim ini mampu menguasasi Sumatera, Jawa, Pesisir Kalimantan, Kamboja, Thailand Selatan serta Semenanjung Malaya. Bukti - bukti sejarah menjelaskan bahwa Kerajaan Sriwijaya berakhir pada abad ke 14 berasal dari prasasti - prasasti yang berasal dari Bangka, Ligor serta Nalanda. Walaupun apabila dilihat dari letaknya yang berbeda pulau, naun kebesaran serta pengaruh Sriwijaya sangat nyata. Hal ini dapat dibuktikan dari adanya berita dari Arab, India Cina yang menjalin hubungan Kerajaan Sriwijaya.
Sumber Sejarah Keberadaan Kerajaan Sriwijaya
Terdapat dua jenis sumber yang menceritakan keberadaan Kerajaan Sriwijaya yaitu sumber dari luar negeri dan sumber dari dalam negeri.
Sumber dari luar negeri
Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim yang menguasai kepulauan sekitar Sumatera dan Semenanjung Malaya membuat kerajaan ini berhubungan dengan perdagangan internasional secara langsung. Keberadaan Sriwijaya tercatat dalam beberapa sumber, diantaranya :
- Berita Arab, sejarah mencatat adanya kegiatan perdagangan antara Sriwijaya dengan bangsa Arab, hal ini dibuktikan dengan adanya bekas perkampungan bangsa Arab. Selain itu Ibu Hordadheh menyebutkan adanya Raja Zabag yang menghasilkan emas setiap tahunnya seberat 206 kg. Berita lain menyebutkan bahwa Alberuni mengatakan Zabag berada lebih dekat dengan Cina dan India. Zabag terletak di Swarnadwipa (Pulau Emas).
- Berita Cina, I-Tsing seorang pengelana yang menimba ilmu ke India pernah singgah di Shi-li-fo-shih atau Sriwijaya selama enam bulan pada tahun 685 M. Ia belajar paramasastra serta bahasa Sansekerta. I-Tsing menuliskan bahwa kerajaan ini sangat maju dalam agama Buddha.
Sumber Dalam Negeri
Selain sumber dari luar negeri yang menjelaskan adanya Kerajaan Sriwijaya, prasati - prasasti juga menjelaskan tentang keberadaan Kerajaan maritim Sriwijaya di Nusantara, diantaranya :
Selain sumber dari luar negeri yang menjelaskan adanya Kerajaan Sriwijaya, prasati - prasasti juga menjelaskan tentang keberadaan Kerajaan maritim Sriwijaya di Nusantara, diantaranya :
- Prasasti Ligor
Prasasti ini ditemukan di daerah Nakhon Si Thammarat, Thailand Selatan. Prasasti ini berupa batu dengan pahatan. Sisi pahatan pertama disebut dengan nama Ligor A menjelaskan kegagahan raja Sriwijaya, raja dari segala raja yang telah mendirikan Trisamaya Caitya untuk Kajara. Pada sisi kedua atau disebut Ligor B menjelaskan adanya pemberian gelar Visnu Sesawarimadawimathana kepada Sri Maharaja yang berasal dari keluarga Sailendravamsa.
- Prasasti Palas Pasemah
Prasasti ini ditemukan di pinggir rawa desa Palas Pasemah, Lampung Selatan. Prasasti ini berbahasa Melayu Kuno dan berakasara Pallawa. Prasasti Palas Pasemah menjelaskan aadanya kutukan kepada orang - orang yang tidak mau tunduk kepada Kerajaan Sriwijaya. Apabila dilihat dari aksaranya, prasasti ini diperkirakan berasal dari abad ke 7 Masehi.
- Prasasti Hujung Langit
Prasasti ini ditemukan di Desa Haur Kuning, Lampung, berbahasa Melayu Kuno dan beraksara Pallawa. Isi prasasti ini belum diketahui karena tulisan yang ada di prasasti mengalami keausan. Namun ketika diidentifikasi lebih lanjut prasasti ini diperkirakan berangka tahun 997 Masehi dan isinya menjelaskan tentang pemberian tanah sima (tanah perdikan tanpa adanya pungutan pajak).
- Prasasti Kota Kapur
Prasasti ini ditemukan di pesisir Pulau Bangka pada sisi barat pulau dengan bahasa Melayu Kuno dan beraksara Pallawa yang ditemukan pada Desember 1892 oleh seorang berkewarganegaraan Belanda J.K. van der Meulen. Isi dari prasasti ini menjelaskan tentang adanya kutukan bagi orang - orang yang membantah titah dari raja Sriwijaya.
- Prasasti Telaga BatuPrasasti ini ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang. Isi prasasti ini menjelaskan tentang kutukan bagi siapa saja yang melakukan perbuatan jahat di wilayah kerajaan Sriwijaya.
- Prasasti Kedukan Bukit
Prassti ini ditemukan di Kampung Kedukan Bukit Kelurahan 35 Ilir, Palembang oleh M. Batenburg pada 29 November 1920. Ukuran dari prasasti Kedukan Bukit adalah 45 x 80 cm berbahasa Melayu Kuno dan beraksara Pallawa. Isi dari prasasti ini adalah menceritakan seorang utusan dari Sriwijaya yang bernama Dapunta Hyang, ia mengadakan sidhayatra atau perjalanan suci menggunakan perahu. Dalam perjalanannya, ia diiringi oleh 2.000 pasukan dan berhasil menaklukkan daerah - daerah lain.
- Prasasti Talang Tuwo
Prasasti ini ditemukan di kaki Bukit Seguntang, tepian utara Sungai Musi, Louis Constant Westenenk pada 17 November 1920. Prasasti ini berisi doa-doa dedikasi serta menggambarkan aliran Budha Mahayana, Budha yang dianut oleh Kerajaan Sriwijaya. Hal ini dibuktikan dengan digunakannya kata - kata seperti bodhicitta, vajrasarira, annuttarabhisamyaksamvodhi serta mahasattva yang merupakan kata - kata khas Budha Mahayana.
- Prasasti Leiden
Prasasti ini ditemukan di India dan dikeluarkan oleh kerajaan Cola yang bernama Rajakesariwarman. Prasasti Leiden ditulis diatas sebuah lempengan tembaga dengan bahasa Sansekerta dan Tamil. Isi dari prasasti ini adalah menceritakan tentang hubungan baik antara dinasti Chola dari Tamil serta dinasti Sailendra dari Sriwijaya.
- Prasasti Karang Berahi
Prasasti ini ditemukan di tepian Batang Merangin, Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Merangin, Jambi pada 1904 oleh L.M. Berkhout. Isi dari prasasti ini menjelaskan tentang kutukan kepada siapa saja yang berbuat jahat serta tidak setia kepada Raja Sriwijaya.
Masa Kejayaan Sriwijaya
Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya dicapai pada masa pemerintahan Balaputradewa. Hal ini didasarkan adanya hubungan Kerajaan Sriwijaya dengan Dewapaladewa dari Kerajaan Benggala, India untuk mendirikan biara bagi para mahasiswa serta pendeta Sriwijaya yang belajar di Nalanda seperti yang tertera dalam Prasasti Nalanda. Sriwijaya juga pernah menjadi pusat pendidikan serta pengembangan agama Budha, hal ini dibuktikan oleh catatan dari I-Tsing pada tahun 685 M, seorang yang berasal dari Cina yang singgah di Sriwijaya selama enam bulan untuk belajar bahasa Sansekerta.Wilayah kerajaan Sriwijaya pada saat itu adalah hampir seluruh pulau Sumatera, Semenanjung Malaya, Jawa Barat, serta Kalimantan Barat.
Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mulai melemah pada periode antara 1178 hingga 1225 yang disebabkan oleh penaklukan kerajaan Melayu- Jambi. Ada beberapa faktor mengapa Kerajaan Sriwijaya dapat runtuh, berikut adalah uraiannya :
Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya dicapai pada masa pemerintahan Balaputradewa. Hal ini didasarkan adanya hubungan Kerajaan Sriwijaya dengan Dewapaladewa dari Kerajaan Benggala, India untuk mendirikan biara bagi para mahasiswa serta pendeta Sriwijaya yang belajar di Nalanda seperti yang tertera dalam Prasasti Nalanda. Sriwijaya juga pernah menjadi pusat pendidikan serta pengembangan agama Budha, hal ini dibuktikan oleh catatan dari I-Tsing pada tahun 685 M, seorang yang berasal dari Cina yang singgah di Sriwijaya selama enam bulan untuk belajar bahasa Sansekerta.Wilayah kerajaan Sriwijaya pada saat itu adalah hampir seluruh pulau Sumatera, Semenanjung Malaya, Jawa Barat, serta Kalimantan Barat.
Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mulai melemah pada periode antara 1178 hingga 1225 yang disebabkan oleh penaklukan kerajaan Melayu- Jambi. Ada beberapa faktor mengapa Kerajaan Sriwijaya dapat runtuh, berikut adalah uraiannya :
- Kerajaan Chola dari India menyerang Sriwijaya pada 1017 dan 1025. Kedua serangan ini membuat armada perang Sriwijaya luluh lantah dan membuat perdagangan wilayah Asia Tenggara dan Malaka khususnya jatuh pada kekuasaan Chola, namun Kerajaan Sriwijaya masih berdiri.
- Kekuatan militer Sriwijaya melema dan menyebabkan munculnya Dharmasraya dan Pagaruyung yang melepaskan diri dari Sriwijaya dan kemudian menguasai wilayah Sriwijaya di Semenanjung Malaya, Sumatera serta Jawa Barat.
- Melemahnya sektor ekonomi Sriwijaya yang berimbas pada pemasukan Sriwijaya. Pajak yang diambil dari pedagang yang melakukan aktivitas di wilayah Sriwijaya mulai berkurang seiring berkurangnya wilayah Sriwijaya atas serangan - serangan oleh kerajaan lain.
- Berhasilnya ekspedisi pamalayu oleh kerajaan Singasari dari Jawa.
Raja - Raja Kerajaan Sriwijaya
Berikut ini adalah raja - raja yang memerintah Kerajaan Sriwijaya :
Berikut ini adalah raja - raja yang memerintah Kerajaan Sriwijaya :
- Dapunta Hyang Sri Yayanaga (dibuktikan dalam Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M dan Prasasti Talangtuo pada 684 M)
- Cri Indrawarman (dibuktikan dalam berita dari Cina pada tahun 724 M)
- Rudrawikrama (dibuktikan dalam berita dari Cina pada tahun 724 M)
- Wishnu (dibuktikan dalam Prasasti Ligor pada tahun 775 M)
- Maharaja (dibuktikan dalam berita dari Arab pada 851 M)
- Balaputradewa (dibuktikan dalam Prasasti Nalanda pada tahun 860 M)
- Cri Udayadityawarman (dibuktikan dalam berita dari CIna pada 960 M)
- Cri Udayaditya (dibuktikan dalam berita dari Cina pada 962 M)
- Cri Cudamaniwarmadewa (dibuktikan dalam berita dari Cina pada 1003 M serta Prasasti Leiden pada 1044 M)
- Maraviyatunggawarman (dibuktikan dalam Prasasti Leiden pada tahun 1044 M)
- Cri Sanggrama Wijayatunggawarman (dibuktikan dalam Prasasti Chola pada 1004 M)
Peninggalan Bangunan Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya meninggalkan bangunan - bangunan diantaranya Candi Kotamahligai, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar Batu, Candi Astono, Candi Kedaton, Candi Gedong I dan II, Situs Muarojambi serta Kolam Telagorajo.
Sriwijaya meninggalkan bangunan - bangunan diantaranya Candi Kotamahligai, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar Batu, Candi Astono, Candi Kedaton, Candi Gedong I dan II, Situs Muarojambi serta Kolam Telagorajo.
Keadaan Sosial dan Budaya
Sriwijaya merupakan kerajaan Budha yang terbesar pada masanya terbukti dengan dijadikannya Sriwijaya sebagai perguruan tinggi dalam hal pengembangan serta pusat pendidikan Budha. I-Tsing, seorang pengelana dari Cina perna menetap di Sriwijaya selama 6 tahun untuk mendalami agama Budha. Karya yang dihasilkan oleh I-Tsing yaitu Ta Tiang si-yu-ku-fa-kao-seng-chuanyang selesai ditulis pada 692 M.
No comments:
Post a Comment