Tuesday, July 10, 2018

Sejarah Peradaban Persia Kuno

https://sejarahdunia66.blogspot.com/2018/07/sejarah-peradaban-persia-kuno.html
Kemajuan dan Kemunduran Bangsa Median
Bangsa Mede atau Median merupakan suku Iran purba yang tinggal di kawasan Teheran, Hamedan, Azerbaijan, Provinsi Isfahan Utara. Pada milenium kedua dan ketiga, Bangsa Arya hijrah ke Iran dan mendirikan kekaisaran pertama Iran, Kekaisaran Media (728-550 SM). Sejarah awal Persia meliputi Persia sendiri dan negara-negara tetangganya yang mempunyai persamaan dalam hal budaya dan bahasa. Ketika itu, negara-negara ini diperintah oleh kekaisaran-kekaisaran seperti Media dan Achaemeneid.[1] Berdasarkan catatan-catatan sejarah, diketahui bahwa peradaban Persia maju karena sebelumnya menaklukan kekaisaran Media yang dipimpin oleh Cyrus yang Agung.
Menurut sejarawan Herodotus, Cyrus bersama Harpagus yang merupakan sahabat sekaligus penasihatnya, menggerakkan rakyat Persia untuk memberontak melawan tuan-tuan feodal mereka, yakni orang Median. Ada kemungkinan bahwa baik Harpagus maupun Cyrus memberontak karena ketidakpuasan mereka dengan kebijakan Astyages, raja Median yang lalim. Awal pemberontakan terjadi di musim panas 553 SM, Harpagus dan Cyrus, memimpin tentara melawan orang Madai hingga penaklukan Ecbatana pada tahun 549 SM, secara efektif meruntuhkan Kekaisaran Median. 
Setelah Cyrus Agung menerima mahkota Median 546 SM, ia secara resmi diberi gelar "Raja Persia" sebagai pengganti Astyages. Semua pengikut Astyages (termasuk banyak kerabat Cyrus) sekarang di bawah komandonya. Pamannya Arsames, yang sebelumnya menjadi raja negara-kota Madai-Parsa juga harus menyerahkan tahtanya. Pengalihan kekuasaan ini tampaknya terjadi secara damai, dan Arsames masih tetap menjadi gubernur. Setelah Cyrus menaklukan wilayah Median, lalu ia mendirikan sebuah kerajaan yakni kerajaan Achaemenid. Yang mana kerajaaan Achaemeneid ini merupakan pencetus peadaban Persia.

https://sejarahdunia66.blogspot.com/2018/07/sejarah-peradaban-persia-kuno.html
 Cyrus Yang Agung
 
Cyrus dilahirkan sekitar tahun 590 SM di propinsi Persis (sekarang Fars), barat daya Iran, merupakan propinsi Kerajaan Medes. Cyrus berasal dari keturunan penguasa lokal yang merupakan bawahan Raja Medes.
Cyrus yang Agung merupakan pendiri imperium Persia. Memulai karirnya sebagai penguasa kecil di Tenggara Iran, dia menggulingkan tiga imperium besar, yakni Medes, Lydia, dan Babylonia dan mempersatukan sebagian besar Timur Tengah Kuno menjadi satu negara yang membentang dari India sampai laut Mediterania.[2]
Tradisi terdahulu menciptakan legenda menarik yang mengingatkan pada raja Oedipus. Menurut dongeng, Cyrus adalah cucu Astyages Raja Medes. Sebelum Cyrus lahir Astyages mimpi bahwa cucunya suatu saat akan menjatuhkannya dari tahta kerajaan maka dari itu beliau memerintahkan supaya semua bayi yang lahir dibunuh sampai habis. Tetapi pejabat yang dipercaya tidak tega dan memerintahkan orang lain yaitu penggembala dan istrinya supaya membunuh bayi. Tetapi juga mereka tidak tega dan malah memelihara bayi tersebut hingga dewasa. Akhirnya terbukti memang bayi tersebut betul-betul menumbangkan raja dari tahtanya.
Pada masa penguasaannya Cyrus, dia mampu menghalau tiga kerajaan besar yaitu Kerajaan Medes, Kerajaan Lydian dan Kerajaan Babilon dan menyatukan hampir seluruh daerah Timur Tengah lama menjadi satu negara yang membentang mulai dari India hingga Laut Tengah.
Cyrus adalah seorang pemimpin yang punya kebolehan bidang militer. Tetapi yang lebih menonjol adalah kebijaksanaan dalam memerintah. Dia terkenal amat toleran serta menjauhkan diri dari sifat kejam dan ganas. Cyrus Yang Agung terkenal sebagai pemerintah pertama yang mewujudkan undang-undang mengenai hak-hak kemanusian yang tertulis di atas artefak yang dikenal dengan Silinder Cyrus.[3] Pada zamannya, perbudakan dilarang dikawasan-kawasan taklukannya. Begitu baiknya Cyrus telah menjalankan tugasnya sehingga sesudah matinya pun Kekaisaran Persia meneruskan perluasan daerah kekuasaan hingga 200 tahun sampai di taklukan oleh Alexander Yang Agung.

Kehidupan Bangsa Persia
A.    Ciri-ciri Bangsa Persia
Bangsa Persia pada umumnya hidup nomaden. Mereka tinggal di kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya demi mencari rerumputan segar dan keadaan cuaca yang lebih baik setiap tahun. Hal inilah yang membentuk watak bangsa Persia menjadi keras, individualis, dan terkadang merampok sanak saudaranya yang lebih beradab.
Namun, dalam perkembangannya, bangsa Persia mengalami kejemuan dalam menjalani kehidupan itu. Akhirnya mereka hidup menetap dan bertani. Bahkan dalam bidang pertanian bangsa Persia memiliki irigasi dengan sebutan Kareze yang membagun irigasi buka tutup di bawah kanal. mereka hanya membuka kanal pada saat musim kemarau. sistem ini sangat kompleks dan pada mulanya gagal diterapkan, tapi setelah melalu beberapa perbaikan, akhirnya bisa mengairi tanaman secara benar. Hidup di alam bebas dengan memperhatikan kepemilikan di antara para pemukim, yang kemudian membentuk kehidupan bangsa Persia menjadi bangsa yang berhati ikhlas, pemurah, dan suka menjamu tamu. Di samping itu, bangsa Persia juga sangat mencintai ilmu pengetahuan, yang pada akhirnya membawa bangsa ini menjadi bangsa yang mandiri dan independen, tidak bergantung pada bangsa Arab yang mayoritas menempati wilayah Timur Tengah. Mata pencaharian bangsa Persia kini di samping bertani adalah berternak biri-biri dan kambing.
Secara fisik, mereka memiliki postur tubuh yang tegap, besar dan tinggi, berambut keriting dan hidung mancung. Warna kulit mereka merupakan perpaduan antara putih Eropa dan kuning langsat Asia.
B.     Bahasa Bangsa Persia
Bahasa yang digunakan bangsa Persia adalah bahasa Persia sendiri, yang merupakan bahasa tertua di dunia, termasuk jika dibandingkan dengan bahasa Arab. Bangsa Persia kini tersebar di wilayah Iran dan sekitarnya. Karena itu, tidaklah mengherankan jikalau bahasa Persia merupakan bahasa resmi Iran, juga Afghanistan dan Tajikistan. Sementara itu, bahasa Turki, Kurdi, Arab, Lori, Gilani, Mazandarani, dan Baluchi, merupakan bahasa setempat bangsa minoritas yang mendiami wilayah Iran.
C.    Sistem Kepercayaan Bangsa Persia
Sejarah menyebutkan bahwa agama awal bangsa Persia adalah Zoroastrianisme.[4] Agama Zoroaster ini mempunyai dua jenis sekte, yakni Mani dan Mazdak. Sekte Mani adalah yang pertama kali mengemukakan gagasan bahwa alam semesta disebabkan oleh kegiatan setan, dan karenanya pada dasarnya alam itu adalah jahat. Adapun sekte Mazdak mengajarkan bahwa keanekaragaman hal-hal bersumber dari campuran dua prinsip yang abadi dan mandiri yang disebutnya Shid (terang) dan Tax (gelap). Ajaran sekte ini berpendapat bahwa kenyataan percampuran terang dengan gelap dan pemisahan akhir keduanya, benar-benar aksidental dan sama sekali bukanlah hasil dari memilih. Tuhan, menurut Mazdak, memiliki sensasi, dan mempunyai empat energi utama dalam kehadiran abadinya, yaitu daya untuk membedakan, mengingat, mengerti, dan bahagia.
Menurut Mazdak, semua manusia adalah sama, dan faham tentang milik perseorangan diperkenalkan oleh setan jahat, yang tujuannya adalah mengubah jagad raya Tuhan ini menjadi arena kesengsaraan tanpa akhir. Aspek ajaran Mazdak telah mengguncang kesadaran Zoroaster, dan pada akhirnya mengakibatkan kehancuran para pengikutnya, meskipun sang Tuhan telah membuat api kudus, dan bersaksi bagi kebenaran misinya.

Pemerintahan Bangsa Persia
A.    Aspek Hukum
Meskipun dapat berlaku kejam seperti raja-raja Semitik di Asiria dan Babilonia, paling tidak pada mulanya para penguasa Persia tampaknya berupaya memperlihatkan keadilan dan menjalankan hukum hingga taraf tertentu sewaktu berurusan dengan bangsa-bangsa taklukan mereka. Agama mereka tampaknya memuat konsep tertentu tentang etika. Selain Ahura Mazda, dewa utama mereka, dewa penting lain ialah Mitra, yang tidak hanya dikenal sebagai dewa perang tetapi juga sebagai dewa perjanjian, yaitu dewa yang mata dan telinganya selalu siap mengamati orang-orang yang melanggar perjanjian.
Sejarawan Yunani bernama Herodotus, menulis tentang orang Persia, ”Mereka mendidik anak-anak lelaki mereka sejak usia lima hingga dua puluh tahun, dan mengajarkan tiga hal saja kepada mereka: menunggang kuda, memanah, dan mengatakan kebenaran.” Menurut mereka, dusta adalah hal yang paling menjijikkan.” Walaupun sejarah para penguasa Persia menunjukkan bahwa mereka tidak sama sekali bebas dari intrik dan sikap bermuka dua, pada dasarnya mereka berpaut pada prinsip yang menjadi ciri suku mereka, yaitu ’menepati janji’, dan hal ini terlihat dari keteguhan mereka berpegang pada ”hukum orang Media dan Persia” yang tidak dapat diubah.
B.     Administrasi Persia
Orang Persia mahir di bidang administrasi dan ini nyata dalam pengorganisasian Imperium Persia. Selain dewan penasihat pribadi raja, yang terdiri dari ”tujuh pembesar Persia dan Media” ada para satrap[5] yang berkuasa atas wilayah-wilayah atau negeri-negeri yang penting, seperti atas Media, Elam, Partia, Babilonia, Asiria, Arab, Armenia, Kapadokia, Lidia, Ionia, dan, seraya imperium itu mengembangkan sayapnya, atas Mesir, Etiopia, dan Libia. Para penguasa distrik ini mendapat otonomi tertentu dalam pemerintahan distrik mereka, termasuk pengelolaan urusan pengadilan dan keuangan di daerah mereka. Dalam sebuah distrik, kelihatannya ada gubernur bawahan untuk distrik-distrik yurisdiksi (yang jumlahnya 127 pada zaman Raja Ahasweros), dan dalam distrik-distrik yurisdiksi ada pembesar-pembesar dari berbagai bangsa yang menjadi penduduk distrik itu.
C.    Ibu Kota Persia
Karena imperium itu memiliki kekuasaan kembar, seorang Media bernama Darius menjadi penguasa kerajaan Khaldea yang kalah, walaupun mungkin tidak independen dari kekuasaan Cyrus.
Babilon tetap menjadi kota kerajaan Imperium Media-Persia, sekaligus pusat keagamaan dan perdagangan. Akan tetapi, karena para penguasa Persia tidak tahan dengan musim panas yang begitu menyengat di sana, Babilon sering kali hanya menjadi tempat tinggal selama musim dingin. Ada bukti arkeologis bahwa setelah Babilon ditaklukkan, Kores segera kembali ke Ekbatana (Hamadan modern), yang letaknya lebih dari 1.900 m di atas permukaan laut di kaki G. Alwand; di sana, musim dingin dengan salju tebal dan suhu udara yang sangat rendah diimbangi oleh musim panas yang nyaman. Di Ekbatana inilah memorandum Kores tentang pembangunan kembali bait di Yerusalem ditemukan beberapa tahun setelah dikeluarkan.
Ibu kota Persia sebelumnya ialah Pasargade, sekitar 650 km di sebelah tenggara Ekbatana, tetapi pada ketinggian yang kira-kira sama. Dekat Pasargade, raja-raja Persia, yaitu Darius, Xerxes, dan Artahsasta Longimanus belakangan mendirikan Persepolis, sebuah kota kerajaan, memperlengkapinya dengan jaringan terowongan bawah tanah yang luas, tampaknya untuk memasok air bersih. Ibu kota lainnya ialah Susa (Syusyan) yang berada di dekat S. Khoaspes (Karkheh) di Elam kuno, menempati bagian tengah yang strategis di antara Babilon, Ekbatana, dan Persepolis. Di sini Darius Agung mendirikan istana megah yang umumnya menjadi tempat tinggal pada musim dingin, sebab seperti di Babilon, suhu udara di Susa sangat tinggi pada musim panas. Akan tetapi, seraya waktu berlalu, Susa lebih sering berfungsi sebagai pusat administratif imperium itu.

https://sejarahdunia66.blogspot.com/2018/07/sejarah-peradaban-persia-kuno.html
 Zarathustra

Perlu diketahui, bahwa bangsa Persia sebelum menganut paham Zoroastrisme, mereka menganut paham paganisme, [6] pholiteisme, [7] dinamisme, [8] dan animisme.[9] Zarathustra adalah seorang pembawa ajaran Zoroaster, ia lahir di sebelah Utara tanah Iran, tepatnya di kota Azarbaijan. Ayahnya bernama Porushop Spitama, dari suku spitam dan Ibunya, Dughdova. Menurut sejarah, Zarathustra lahir dari ibunya yang masih dalam keadaan perawan, belum tersemtuh ayahnya. Pada saat kelahirannya, kepala kaum majus di tanah Iran bernama Durashan mendadak ketakutan karena ia memiliki firasat bahwa bayi tersebut akan menghancurkan agama Majusi beserta pemujaan berhala dan akan memusnahkan kaum Majusi dari permukaan bumi.
Pada usia tujuh tahun, ia mulai memperoleh pelajaran keagamaan kependetaan secara lisan karena pada saat itu belum ada pengetahuan menulis. Pada usia 15 tahun, ia sudah mulai menjadi pendeta. Menjelang usia 20 tahun, ia gemar mengembara serta membantu orang-orang yang melarat dan kesusahan. Dan pada usia itu ia dikawinkan oleh ibunya dengan seorang gadis bernama Havivi.
Pada usia 30 tahun, ia mendapat wahyu yang pertama. Diceritakan pada waktu ia sedang merayakan musim semi dalam suatu perkumpulan, ia pergi saat fajar ke sungai untuk mencari air untuk keperluan upacara Haoma. Ia menyebrang ke tengah sungai untuk mengambil air, ketika hendak mengembil ke pinggir, ia menemukan dirinya dalam keadaan kesucian ibadat (ritual), muncul dari unsur yang murni, air, dalam kesegaran fajar musim semi. Ia melihat bayang-bayang di tepian sungai suatu zat yang berkilauan yang menyebut diri sebagai Vohu Manah (itikad baik), yang kemudian membawanya kehadapan Tuhan Ahura Mazda serta lima bentuk badan yang bersinar. Dan saat itulah ia menerima wahyu.
Raja Vishtaspa menerima baik ajaran Zarathustra, sebab filsafat Zoroaster sejalan dengan risalah pemikirannya mengenai Tuhan bahwa inti dari gagasan ketuhanan tidak akan dicapai lantaran adanya perubahan bangsa dan bahasa. Yang berubah-ubah hanya nama Tuhan yang tunggal untuk seluruh alam. setiap bangsa menyebutnya dengan nama yang diinginkan.
Setelah 47 tahun dengan usahanya menegakkan kebenaran, nabi besar Iran ini wafat pada usia 77 tahun. Zarathustra meninggalkan 3 istri, 3 putri, dan 3 putra. Keyakinan tentang Ahura Mazda, Pengakuan keimanan (Credo/Syahadat) yang harus diucaokan setiap orang yang beriman dalam agama Zarathustra. Keimanan yang paling pokok adalah pengakuan terhadap Ahura Mazda. Menurut Zarathustra, alam semesta ini dikuasai oleh kodrat Maha Bijaksana (Ahura Mazda) serta kodrat angkara murka (Angro Mainyu). Agar manusia memperoleh keselamatan haruslah menundukkan diri sepenuhnya kepada Ahura Mazda.
A.    Ahura dan Mazda
Ahura Mazda adalah dewa tertinggi dalam kepercayaan Zoroasterisme. Dewa yang menciptakan surga dan bumi, pemimpin para Amesha Spenta (malaikat / roh suci) serta ayah dari para Yazata (dewa-dewi). Biasanya Ahura Mazda digambarkan sebagai seorang pria Semitik berjanggut yang duduk di atas cakram bersayap – faravahar. Dalam sekte Zurvanite ia adalah anak dari Zurvan, saudara kembar Angra Mainyu. Dalam sekte Mazdean yang notabene adalah satu-satunya sekte yang tersisa hingga saat ini, ia keberadannya sudah ada sejak semula, melampaui Angra Mainyu.
Ahura Mazda menciptakan manusia pertama di dunia ini. Manusia itu bernama Gayomart, tapi akhir hidup manusia ini tidak menyenangkan. 3000 tahun setelah penciptaannya, di periode yang disebut Gumezishn (percampuran), Angra Mainyu datang ke dunia, menyebarkan wabah penyakit, meracuni tanah dan air, membunuh hewan-hewan suci (untuk persembahan) dan pada akhirnya membunuh kaum manusia termasuk di antaranya Gayomart itu sendiri.
Seni dan Arsitektur Persia
https://sejarahdunia66.blogspot.com/2018/07/sejarah-peradaban-persia-kuno.html
Kesenian Persia mencerminkan kehidupan di istana. Para penguasa Persia mengukir gambar timbul yang bagus di batu karang berkaitan dengan kerajaan mereka untuk merayakan kemenangan mereka dari para musuh. Dalam gambar timbul Behistun, Darius diperlihatkan sedang mengalahkan para pemberontak (521 SM). Berbagai gambar timbul kemenangan ini menunjukkan orang asing Yang telah ditaklukkan sedang mempersembahkan upeti kepada Darius.
Para penguasa Persia juga membanggakan diri karena istana mereka yang indah-indah. Koresy mengikuti gaya istana Media di Ekbatana ketika membangun ibu kotanya, Pasargadae. Raja Darius memilih Persepolis sebagai lingkungan untuk istananya pada tahun 520 SM. Membangun dan memperindah Persepolis dimulai dengan pengganti Darius, dan berlangsung sampai kejatuhan Persepolis di bawah Darius III pada tahun 330 SM.
https://sejarahdunia66.blogspot.com/2018/07/sejarah-peradaban-persia-kuno.html 
Istana Golestan adalah contoh utama seni dan arsitektur dalam periode yang signifikan di Persia
 
Persepolis sendiri berasal dari terjemahan bahasa Yunani dari nama kota ini, Perses polis atau "Kota Persia". Tempat ini dikenal sebagai Tahta Jamshid dan Parseh. Kota ini dibangun dengan arsitektur yang megah dan rumit karena terinspirasi oleh model Mesopotamia. Kota kuno yang terletak di 70 kilometer timur laut Shiraz dihiasi perak dan emas. Pahatan-pahatan kualitas tinggi ada di tiap peninggalan.

Sumber : Internet

2 comments: